Selasa, 17 November 2015

KOSONG 



Terjatuh, terpuruk dalam gelap 
Menyelimutiku dalam ketidak pastian 
Teriak ku, mencoba terdengar tapi tergagap 
Hanya rintihan yang terdengar di keheningan 
Mencoba mencari setitik cahaya Yang kutemukan hanya kehampaan 
Kegelapan yang tanpa batas tak terlihat mata
Kucoba sibak dengan kekuatan tapi melemah diujung kenistaan

Selasa, 16 Juni 2015

LIGHT



Aku terbangun, melihat kosong, gelap, hampa. Tak ada cahaya sedikitpun yang menerangi, berkeringat ketakutan, tak bias melihat apa yang ada disekitar. Kemana ku kan melangkah, mencari tutunan agar aku bisa keluar dari kegelapan ini. Kumulai meraba, mencari pegangan, berharap kan menemukannya dan kujadikan arahan tuk menemukan jalan keluarku. Tapi sia-sia, aku sama sekali tak bias menemukannya, lalu aku harus kemana, kenapa taka da satu pun yang dapat kusentuh, bahkan angin pun tak bias kurasakan.

Aku tak tau ini dimana, terlalu lama aku tertidur, sehingga saat aku terbangun aku bingung dan tak tau arah. Karna semuanya gelap, sunyi. Aku pun mulai berjalan, walau tak ada pegangan tuk tuntunan aku tetap mencoba berjalan dalam kegelapan. Berharap ada setitik cahaya, walau haya setitik, tapi itu sudah dapat menjadikan tuntunan ku. Karena, tak akan selamanya aku berada disini, diruang yang pengap, dan dipenuhi oleh aroma kebohongan.

Saat aku mulai berjalan, aku tersendung oleh sesuatu yang tak dapat kulihat, aku coba bertahan tuk tetap berdiri, agar aku tak terjatuh. Karna saat aku terjatuh, aku tak yakin aku bias bangkit lagi. Ku kuatkan pijakan ku, ku besarkan tekad ku, karna saat didepan sana aku tersandung lagi, aku sudah kuat, pijakan ku sudah dapat bertahan.

Menjauh, aku merasa aku telah jauh berjalan dari tempatku tertidur. Tapi apakah memang telah menjauh, atau apakah aku hanya selangkah menjauh. Aku akan mencoba berlari, tapi bila aku berlari, aku tak tau apa yang ada di depan sana, apakah akan banyak batu-batu sandungan yang lain. Karena, bila aku berlari dan tersandung, aku pasti akan jatuh, dan lukanya akan lebih parah dari saat aku berjalan. Tapi aku tidak bisa menunggu lagi, aku tidak sempat harus meraba-raba lagi, aku harus cepat keluar dari kepengapan ini.

Ah, aku menemukan pegangan kecil. Apakah pegangan ini tak teputus sampai jalan keluar yang aku cari. Aku kan tetap mencoba menjadikan pegangan kecil ini sebagai arahan ku menemukan jalan keluar ku.

Keringat ini semakin deras mengucur, ketakutan semakin besar dan terbentuk, wujudnya pun semakin jelas terlihat. Bentuk ini lah yang selalu mengikuti ku, yang menggaruk-garuk punggungku. Aku semakin gelisah, semakin tidak yakin dengan pegangan kecil ku, terlalu rapuh untuk menahan semua beban tubuhku. Aku harus mencari pegangan yang lain, aku tak mau pegangan yang rapuh menjadi tuntunan ku. Aku trus mencari dan mencari, aku takkan berjalan lagi sampai aku menemukan pegangan yang lebih kuat, yang lebih besar, yang tak pernah bisa hancur dan trus tersambung sampai tak bertepi.

Aku mulai bingung atas apa yang kucari. Bentuk seperti apa yang kucari, karena semuanya gelap tak terlihat. Aku mulai terdiam, menangis, perasaan ini tak menentu. Aku mulai tambah takut, semakin terlihat ketakutan itu, semakin jelas walau dalam kegelapan. Aku harus kemana ?! apa yang harus aku lakukan?!

Aku pun mulai terpuruk dalam kegelapan ini, semakin dalam tenggelam dalam kehampaan. Dan pada akhirnya aku harus terjatuh, ternyata pijakan yang aku bangun tak sekuat yang aku duga. Aku pun susah untuk bangkit, aku coba berulang-ulang tuk bangkit, tapi percuma, aku terus jatuh lagi dan lagi dan lagi. Aku harus mencari pegangan tuk bangkit, karna kemampuan diri ini tak mampu tuk mengangkatku.

Dan dalam kejatuhan ku dan keterpurukan ku, aku menangis. Bukan menangis karna takut atau bingung lagi. Tapi ini adalah tangis kekecewaan, kemarahan atas diri ini. Aku bodoh, aku melupakan-Nya. Yang selama ini aku cari ternyata hanyalah ilusi, hanyalah kesia-siaan.

Aku menangis semakin kencang, aku pukuli diri ini. Ternyata dalam kegelapan ini, aku menjauh terus dan mencari yang tak pasti, tapi Ia selalu menungguku. Ia tak pernah lelah menunggu ku, karena Ia adalah pegangan yang paling besar dari apapunm, pijakan yang paling kuat dari apapun. Ia bukan hanya setitik cahaya, Ia adalah cahaya itu. Dan selama ini Ia menunggu ku, menunggu ku tuk menggenggam Dia dan menjadikan-Nya arahan ku.

Aku bodoh, aku goblok!!! Selama ini aku melupakan-Nya.

Ternyata ruang yang kosong gelap hampa ini adalah kebodohan diri ini dan kehinaan diri ini.


RAIN



Perubahan yang aku harapkan tak berjalan mulus, seperti mimpi yang menggantung ditepian awan. Aku berharap semua kan berbeda, tapi tak seperti yang kubayangkan. Air mengalir ternyata tak selalu sama arahnya, saat menyentuh batu karang arahnya pun berubah.

Aku lelah sperti ini, yang kubayangkan terlalu semu tak berbentuk, bahkan bayanganku lebih nyata daripada ini. Semakin lama, semakin tak tentu arah, semakin aku mencoba, semakin menjauh semuanya. Indah ku tak seperti ini, aku berharap lebih dari ini, aku berusaha menggapai sekat kaca yang tak terlihat, walau jauh tapi tetap akan kugapai. Tapi semuanya tidaklah sama, tidak seperti bintang yang berbintik indah di awan malam. Semua seperti goresan ditubuh pohon, bergurat tak beraturan.

Aku melalui semua ini dengan biasa, jadi terbiasa dan menghasilkan yang biasa. Tapi aku mulai berusaha lebih keras, walau karang itu lebih keras.

Aku mendengar suara-suara yang dibawa angin, teduh dan berbisik. Mengatakan pesan tentang perubahan. Akan kah keharuman dari rasa yang dibawa itu kan dapat merubah semuanya, atau kah hanya melekat dalam perasaan ini saja atau bahkan hanyut mengalir kelaut. Bercampur dengan garam dilautan, dan mengeluarkan bau amis.

Tapi !!!

Harapan yang berawal dari mimpi tak mungkin sirna begitu saja. Bangun !!! Bangkit !!! , pandang lah semuanya dengan semangat. Kita takkan kalah oleh aliran, kita takkan terbawa sampai kelaut. Semua takkan berbau amis bila kita mulai siapkan payung tuk menahan derasnya air yang jatuh ke diri kita, setidaknya kita kan dapat menahan air yang akan membawa kita mengalir.

Aku akan mulai membuka mataku, seperti matahari yang mengawali hari, seperti matahari yang membuka cerah saat mendung datang. Takkan lagi tertunduk malu, aku takkan lagi tertutup kabut. Kan ku sibak keraguan ini, kenyamanan yang semu. Aku tak ingin kering, tandus, berdebu dan usang.



Seperti hujan membasahi bumi, mampu merubah segalanya.

RAINBOW



Aku tertawa melihat mereka, bercanda, tanpa ada beban apapun. Berwarna indah saat melihat mereka. Andai waktu ini dapat diputar dan aku berbalik seperti mereka. Akan ku ubah masa depan ini.

Kumanfaatkan waktuku, seperti hujan memanfaatkan awan. Bila kita tau apa yang akan terjadi, mungkin cerita ini akan berbeda.

Bagi mereka, hampa saja tidak cukup. Semua kehampaan akan di penuhi oleh imajinasi dan mimpi-mimpi, takkan cukup menampung apa yang mereka pikirkan. Butuh lebih dari sekedar hampa.

Tawa mereka lekat dengan alam, mencerminkan keindahan bumi ini. Tak perduli apa yang menghadang, mereka tetap akan terus tertawa. Aku iri pada mereka, ingin rasanya ku terjun bersama mereka, menikmati rerumputan, dinginnya air, segarnya udara, tanpa harus di nodai oleh hitamnya dunia yang keruh menutupi keindahannya.



Seperti pelangi saat hujan selesai membasahi bumi ini, itulah keindahan mereka, penuh dengan warna. Aku ingin bersama mereka, kembali menjadi mereka agar aku bisa merubah hidup ku.

Senin, 15 Juni 2015

WIND



Tak terlihat, buta, indah, menarik, menyakitkan, dan banyak lagi warnanya.

Cintaku hanya satu, tapi terasa hampa. Mencari cinta itu berbeda, tak seperti mencari jawaban tentang hidup ini. Mencari cinta itu seperti bulan yang mencari bintang yang paling terang. Kadang maknanya pun tak terasa. Karna kita kadang juga tak mengerti apa artinya cinta. Kadang cinta bisa bermakna kesepian. Artinya akan terus berubah bentuk, seperti air yang mengalir disungai, akan berubah saat menyentuh sesuatu.

Cinta ini terus mengikuti ku, seperti pertanyaan yang menghantui ku. Apakah akan kugapai, atau cinta itu sudah tergapai seseorang. Kenapa selalu ada pertanyaan dalam hidup ini !!!

“kenapa” dan “apakah”, itu lah yang membalut hidup ini.

Sekarang memang aku dapat melihat cintaku. Tapi apakah kan selalu seperti ini bentuk cinta yang aku lihat. Aku pun ingin bahagia bersama cintaku, yang terlihat indah. Berbicara kepada alam bersama cintaku, dihembus angin bersama. Indah dunia ini pun akan terlihat. Tapi, apakah bentuk cinta itu selalu indah?, apakah cinta itu kan selalu dapat berbicara kepada angin?. Bila cinta itu berbicara pada angin, cerita itu kan dibawa angin dan dapat terdengar dimana saja.

Aku ingin cerita ini terdengar, karna kebahagiaan akan selalu menjadi barang yang indah. Cintaku juga akan indah terdengar. Maka dari itu, aku ingin cintaku dapat berbicara pada angina, karena angin adalah pembawa pesan terbaik. Lantunan angin akan menjadi melodi yang indah.

Oh cinta, cerita ini takkan habis, walau lidah ini kelu tak bisa bergerak, bibir ini tetap akan bergerak mengisyaratkan cinta. Semua tubuh ini akan bisa menceritakan cinta. Semua kan melihat tubuh ini bercerita. Semua akan memahami apa yang aku rasakan tentang cinta.

Aku ingin dipeluk, didekap oleh angin yang dibalut oleh cintaku. Dinginnya takan terasa, dan hanya akan ada kehangatan yang indah, menyelimuti tubuh ini.



Aku berhak juga bahagia kan???

Minggu, 14 Juni 2015

MOON




Aku tak pernah tau apa yang terjadi dalam hidup ku…. Aku takut untuk menjalaninya, aku merasa aku sudah tidak punya masa depan lagi. Sekarang aku hanya bisa melakukan yang terbaik dalam hidup ini. Aku lelah sebenarnya, bingung untuk mencari lagi. Aku hanya ingin hidup bahagia, seperti mereka. Terlalu banyak beban yang kurasakan, walau aku tidak pernah terlalu memikirkannya, tapi rasa itu terus menghantui aku. Entah apa yang akan terjadi dalam hidupku. Yang aku pikirkan sekarang, “ apakah aku bisa terus menjalaninya?” apakah aku kan mencapai mimpi-mimpi yang pernah aku bangun sejak lama, atau itu semua hanya akan menjadi mimpi.




Sekarang, yang aku takutkan terjadi. Aku harus menghadapi kenyataan ini. Entah apakah aku bisa menghadapinya. Teryata, melakukan yang terbaik saja tidak cukup, jadi orang baik saja tidak cukup. Tapi, sampai mana batasan dalam diriku?. Apakah diri ini dapat menerima semuanya?, apakah diri ini tidak punya batasa?. Selalu ada batasan dalam diri ini, walau batasan itu tak terlihat, tapi tetap saja ada batasan dalam hal apapun.




Mimpi, harapan ini, apakah akan trus menjadi itu?. Apakah semuanya tidak dapat terealisasikan?. Ya Allah, aku tau aku hamba-Mu yang hina, tapi aku juga hamba-Mu kan. Aku ingin bahagia ya Allah. Dengan apapun juga aku trus berusaha, dengan ketiadaan menjadi tiada, tapi aku tetap berusaha.

Langit biru, entah darimana warna biru itu berasal. Kenapa harus warna biru, dan kenapa awan harus berwarna putih. Bagaimana warna-warna itu ditetapkan? seperti hidup manusia, bagaimana semua itu ditetapkan?. Hidup ku juga, bagaimana itu ditetapkan?. Tidak pernah ada yang tau, seperti nama-nama yang ada didunia ini, tidak pernah ada yang tau.




Apa yang harus kita jalani? Apa yang harus aku jalani?. Apakah menjadi baik itu tabu, tidak terlihat? Sia-sia kah baik itu? Mungkin juga tidak, walau tidak terasa.




Belenggu hidup ini akan terus mengikat, jenuh, bosan, tapi tak bisa lepas. Aku harus tegar menjalani ini semua, berusaha membongkar belenggu yang mengikat, yang entah darimana datangnya. Mencari kunci dari belenggu itu, yang juga menjadi kunci dalam kehidupan ku.




Apakah hati ini akan trus menangis, meratapi semua yang telah terjadi. Apakah juga hati ini akan terus sepi, berharap akan ramai berkumpul bersama mimpi-mimpi, berbicara pada harapan?.

Ya Allah, tunjukan makna dari semua ini, beri cahaya pada jalanku yang gelap. Berikan setitik saja cahaya, agar aku tau kemana aku harus berjalan. Ya Allah, rahasia-Mu selalu menjadi yang terbaik.

Saat aku bertanya-tanya, selalu saja jawaban itu tak terlihat, dan saat jawaban itu terlihat, pertanyaan lain datang menghampiri. Jadi apa sebenarnya yang harus aku jawab. Apakah mencari jawaban sama seperti membuat pertanyaan. Karna semuanya datang terus menerus.




Semuanya tak terasa, akan terus menjadi pertanyaan. Aku akan terus mengeluarkan kata “apakah?”. Karna hidup ini hanyalah pertanyaan tanpa akhir. Kita yang harus memilihnya. Tapi apakah hidupku masih punya pilihan?. Karna hampa ini terus membayangi aku.hampa yang tak terlihat, seperti udara yang kita hirup.




Aku ingin bahagia, tak ingin lagi berbicara tentang mimpi-mimpi dan harapan. Ingin menatap langit tanpa kehampaan, karena aku sudah dapat berbicara pada cita-cita. Dapat menaiki awan yang membalut langit dengan mesra. Karna harapan itu seperti awan, dapat berbentuk apapun.



Seperti itu lah ketakutan yang aku bicarakan. Yang m
engikutiku selalu.